Kamis, 21 April 2016

Trip To Banyuwangi [part 1]

Assalamualaikum

Akhir Maret kemarin saya dan 3 teman saya (Amal, Hanif, Pitrong) jalan-jalan ke Banyuwangi. Karena dari Semarang tidak ada kereta yang langsung ke Banyuwangi jadi kami ke Jogja dulu. Kami berangkat ke Jogja naik motor, sekitar pukul 17.00 molor 2 jam dari rencana awal (biasaan). Oiya makasih dulu buat adek kelas kami yang cantik dan baik hati, Ayu Indriani yang sudah mau meminjamkan motor dan kamera DSLR (kamu yang terbaik ,Yu). Nah sepanjang jalan kita kehujanan, mana cuma pakai jas hujan yang sekali pakai itupun beli di Hanip (sempet banget dia dagang). Sampai Temanggung kita istirahat, solat dan beli teh hangat. Pukul 23.00 kami baru sampai Jogja, dan langsung mencari penginapan di dekat malioboro. Akhirnya dapat penginapan (namanya Suryapuri) yang boleh berempat (sekamar ma Hanip juga),kamar mandi dalam, TV, AC, semalamnya 150.000 jadi kita patungan 40ribu-an. Setelah itu kami berburu makan di Malioboro. Kami memilih penyetan yang ada di salah satu pinggir jalan Malioboro, ga cuma penyetan kok ada gudeg juga. Setelah makan, kami balik ke penginapan buat istirahat.

siap-siap di penginapan

Jam 5.00 kami bangun, solat mandi, dan siap-siap karena keretanya berangkat jam 7.15. jam 6.30 kami cek out dari penginapan dan menuju ke stasiun Lempuyangan. Kami menitipkan motor dulu di depan stasiun Lempuyangan, tarifnya murah kok cuma 3.000/hari. Oiya tak lupa kami beli nasi bungkus buat sarapan di kereta, kalau beli di kereta mahal cyin. FYI perjalanan dari Jogja-Banyuwangi membutuhkan waktu 14 jam, yap luar biasa lama kaaan? Jadi nanti kemungkinan kita sampai di Banyuwangi jam 21.00. Di kereta kami ketemu sama keluarga yang anaknya lucu-lucu dan tipe keluarga yang religius gitu. Bapaknya ngajarin solat anaknya ketika di kereta gimana, ibunya sempat baca Al-Quran juga, Subhanallah :") 


sarapan nasi bungkus

sholat di kereta

seru-seruan sama mba Evi (yang orens)

Nah pas sampai Madiun kita ketemu sama mbak-mbak namanya mba Evi (sama kaya nama Bundadari). Katanya dia mau berlibur ke rumah Neneknya di Banyuwangi, cuma turunnya ga di stasiun yang sama kaya kita. Dia turun di stasiun Style (keren banget nama stasiunnya) sedangkan kami turun di stasiun Karangasem. Mbak Evi ini sepantaran ama kita jadi nyambung kita ajak guyon. Sempet tukeran pin BB juga jadi sampai sekarang masih kontak. Alhamdulillah kereta sekarang tepat waktu jadi kjam 21.00 kami sudah sampai di stasiun Karangasem.

Saya dan amal solat isya dulu di stasiun karena tadi ga di jamak bareng maghrib. Setelah itu kami ketemu ma Pak Rudi (yang punya sewa motor). Sewa motornya berada di sekitar stasiun jadi deket banget. Kami ngobrol-ngobrol dulu ma Pak Rudy di homestaynya trus kami ditawari masker buat ke Ijen, sewa maskernya 25.000/buah. Awalnya aku gamau tapi eh yang lain kok pada mau yaudah deh aku ikutan. Kalu dipikir logika, penambang belerang aja gapapa tanpa masker kok heuheu. Oiya harga sewa motornya 75.000/hari dan kami sewa 2 hari.  Kami dapat motor beat dan Yamaha X-ride, sayang bensinnya udah mau habis. Ih padahal dulu waktu di Batu sewa motornya cuma 60rb itu boleh dipakai selama nginep di homestay dan waktu dikasih bensinnya full.  

Karena kelaparan kami cari makan tapi gatau dimana jadinya belanja dulu di toko kelontong yang masih buka. Kami beli beras, telur, kecap, masako, mie instan, bawang merah, bawang putih, kacang panjang, teri, cabe, tomat, dan minyak. Totalnya hampir 40 ribu jadi kami patungan 10rb-an. Setelah itu dikasih tau ibu penjual warung nasi tempong (makanan khas Banyuwangi) yang masih buka dan deket daerah situ. Yawis akhirnya kita kesana. Sayang sekali nasi tempongnya habis, tinggal ikan, sambel ma tahu. Murah kok, seporsi ikan, sambel, nasi cuma 10 ribu. Sambelnya puedes pol, mana udah terlanjur diambilin banyak lagi. Setelah makan (yang amat) malam, kami isi bensin dulu dan karena lelah kami istirahat di masjid pom bensin.

Dan jam 00.00 kami dibangunin Hanip (ternyata dia ga tidur jagain kita) untuk melanjutkan perjalanan ke kawah Ijen. Kira-kira memakan waktu 2 jam. Dari pos desa wisata ke pos paltidung itu ternyata masih jauh harus lewat hutan gitu tapi ya jalannya halus sih trus karena malem jadi duiiingin pol,, saya aja yang dibelakang kedinginan banget ga bayangin pitrong ma Hanip yang di depan kayak gimana. Mungkin karena kecapekan dan ngantuk, si Hanip sampai nabrak kucing, dan kami cewe-cewe yang histeris. Alhamdulillah kucingnya strong, masih bisa lari.

Sampai di pos paltidung kira-kira jam 02.00 dini hari, dan udah rameee banget sama wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Karena kedinginan kami bergabung dengan orang-orang yang juga berkerumun di sekitar api unggun. Orang-orang yang mau naik pada ga bawa tas, pada ditinggal di tenda atau kendaraan pribadi nah karena kami ga mendirikan tenda dan kendaraan kami motor whiches ga safe jadi kami bawa tas kami heuheu. Sebelum naik kami harus membayar tiket dulu, murah kok cuma 5.000/orang dan parkir motor 5.000/motor. Sekitar 2 jam kami tracking, kirain biasa aja ternyata oh ternyata bonusnya dikit sekali. Udah ngantuk, cape aaaak bayang-bayang blue fire hampir hilang (iya kalau udah pagi a bakalan bisa lihat blue fire). Sampai di puncak jam 4.00 dan kalau ingin lihat blue fire harus trurun ke kawah yang mana jalannya bebatuan gitu, dudulnya saya ga bawa senter dan pakai sendal crocs (licin cuy) jadi harus extra hati-hati. Setelah berjuang, alhamdulillah kami bisa melihat blue fire yang konon cuma ada dua di dunia, satu di Ijen satunya lagi di Alaska. Subhanallah, seperti api yang di kompor gas, warnanya emang biru dan ada ungunya.  


blue fire

sumber tambang belerang

solat subuh


konon airnya panas banget



Jam 5-an kami solat subuh sambil duduk (masih di kawah agak deket ma blue fire nya), hua rasanya terharu dan sepertinya kami diliatin orang (biarin). Setelah itu kami foto-foto dan kembali naik ke atas. Sewaktu perjalanan ke atas saya merasa dipanggil trus saya celingak-celinguk mencari sumber suara. Ternyata eh ternyata si Rani, temen SMP dan temen sejurusan kuliah, dia bareng temen-temennya dari Pare (kampung Inggris) dan lagi liburan. Yaudah kita ngobrol dulu sambil foto-foto tentunya. Karena Rani baru sampai jadi saya dan Hanip pamit duluan mau ke atas. 

beratnyoo

anakmu sampe puncak, mak

si amal curang, ga pose muka jelek

rekan seperjalanan

adek lelah, bang

Selain ketemu turis lokal maupun mancanegara kami juga ketemu sama penambang belerang yang strong banget. Kita aja yang ga memikul apa-apa kepayahan buat turun ke kawah, tapi mereka dengan strong-nya memikul belerang dari kawah ke atas dan turun gunung (tanpa masker, hanya kain sisa baju bekas), demi anak istri ya, pak :") . Padahal harga per-kg belerang itu ga seberapa loh, ga sebanding sama perjuangan mereka yang sangat beresiko, resiko kesehatan pernafasan ma tulang bahu. Oiya, selain menambang belerang mereka punya pekerjaan sampingan lain yaitu jual souvenir dari belerang dan "ngojek". Ngojek turis yang mau turun ataupun naik pakai roda tiga yang biasanya buat ngangkut semen/pasir, alat itu juga digunakan beberapa penambang belerang tapi cuma sebagian aja, sebagian besar ya masih pakai cara lama, dipikul. Melihat para penambang belerang jadi inget ayah di rumah. Alhamdulillah ayah saya kerjanya ga begitu berat seperti bapak-bapak ini, ga bisa bayangin kalau ayah saya salah satu penambang belerang, tiap dipamitin mau kerja pasti h2c, apa ayah hari ini pulang dengan selamat? Yah semoga bapak-bapak penambang belerang selalu diberikan kekuatan dan kecukupan rizki serta anaknya kelak dapat sukses dan membahagiakan orang tuanya. Aaamiiin




-to be continue-

2 komentar:

Rieza Amalia mengatakan...

nichan ajakin aku piknik please!

afsari kurnia mengatakan...

kamu mah sibuk terus jaaa

Posting Komentar

 

Blog Template by YummyLolly.com - Header made with PS brushes by gvalkyrie.deviantart.com